Akhir-akhir ini harus benar-benar memantau gerak-gerik Bank Sentral Jepang. Kemarin beredar kabar, pemerintah Jepang pada dasarnya sudah memberi lampu hijau kepada bank sentral untuk memberikan sinyal kenaikan suku bunga di pertengahan Desember—ini bukan kabar kecil.

Kenapa begitu? Jika carry trade benar-benar mulai surut, dana dalam jumlah besar akan keluar dari pasar AS dan dikonversi ke yen untuk kembali ke Jepang. Nilai tukar USD/JPY pun akan tertekan turun. Tanda-tandanya sudah mulai terlihat: nilai tukar terus melemah, bahkan sudah tembus level kunci 155, menandakan sebagian dana memang sudah mulai beralih dari aset dolar ke yen.

Dampaknya mungkin tidak sekuat gelombang Juli-Agustus tahun lalu, tapi efek domino dari penurunan tajam yang berkelanjutan tetap perlu diwaspadai. Selain memperhatikan nilai tukar itu sendiri, ada tiga indikator utama yang layak dipantau:

**Selisih imbal hasil obligasi AS-Jepang**—Fokus pada selisih yield obligasi pemerintah 10 tahun. Saat ini 2,22% (AS 4,10% dikurangi Jepang 1,88%). Jika ke depannya menyempit hingga di bawah 2%, ruang keuntungan carry trade akan tertekan signifikan, dan arus keluar dana bisa makin cepat.

**Posisi short yen di CFTC**—Ini langsung mencerminkan besaran spekulasi pasar terhadap pelemahan yen, menjadi barometer sentimen pasar. Saat ini net short sebesar 79,5K kontrak, kira-kira setara eksposur 10 miliar dolar AS, sudah turun 15% dibanding awal November. Jika dalam satu minggu turun lebih dari 20%, pada dasarnya bisa dipastikan arus keluar dana benar-benar mulai. Ingat tahun lalu Juli, posisi net short yen sempat menyentuh puncak 160K, lalu dalam waktu singkat turun 100K, saat itu pasar sangat volatil.

**Arah aliran dana**—(bersambung di bagian berikutnya)

Intinya, beberapa minggu ke depan sikap Bank Sentral Jepang dan perubahan pada data-data ini akan menjadi petunjuk kunci untuk menilai arah pergerakan dana.