Baru-baru ini saya memperhatikan ada fenomena yang cukup menarik di pasar obligasi Jepang.

Banyak trader sedang bertaruh bahwa Bank Sentral Jepang akan kembali menaikkan suku bunga pada bulan Desember, dengan alasan yang terdengar cukup masuk akal—imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor dua tahun sudah menembus 1%. Apa artinya ini? Ini adalah yang pertama kalinya terjadi sejak krisis keuangan 2008. Logika pasar sangat sederhana: bank sentral di seluruh dunia sedang memperketat kebijakan moneter, jadi di bawah kepemimpinan Kazuo Ueda, Bank Sentral Jepang seharusnya ikut melakukan hal yang sama.

Namun, ada satu hal yang mudah terlewatkan di sini.

Masalah inflasi Jepang masih jauh dari tahap terselesaikan. Meski suku bunga sedang naik, jika dibandingkan secara horizontal dengan ekonomi utama lain, tingkatnya masih tergolong rendah. Yang lebih krusial adalah: seberapa tinggi suku bunga netral Jepang harus dinaikkan agar ekspektasi inflasi benar-benar bisa dikendalikan? Ini adalah pertanyaan yang saat ini banyak diremehkan pasar.

Kepala global suku bunga Vanguard Group baru-baru ini menyampaikan pandangan yang cukup lugas—mereka menyarankan untuk underweight obligasi pemerintah Jepang. Alasannya jelas: siklus kenaikan suku bunga Bank Sentral Jepang mungkin belum selesai, dan Desember bisa menjadi momen penting berikutnya.

Dari sisi risk-reward, sekarang mengejar harga tinggi obligasi Jepang bukanlah pilihan optimal. Ketika ekspektasi pasar dan tindakan nyata bank sentral tidak sejalan, biasanya volatilitas akan meningkat. Kisah penyesuaian suku bunga Jepang kali ini tampaknya masih akan berlanjut ke babak berikutnya.